Skripsi, Baper dan Galau yang Tak Berujung

Saya suka puisi, tapi saya nggak pandai membuat puisi. Kendati begitu, saya tetap suka puisi. Apalagi Hujan Bulan Juni-nya SDD. Salah satunya pembukanya sungguhlah indah. Begini katanya: Tak ada yang lebih tabah selain hujan bulan juni…dst.

Usut punya usut, jika boleh meminjam dan dipelestin dikit, maka saya akan mengubahnya jadi begini: Tak ada yang lebih tabah selain mahasiswa yang tengah menyusun skripsi. Ya, hanya sepenggal itu saja. Rasanya kok cukup mengena di hati. Cukup menyentuh. Terlebih bagi dedek-dedek gemes yang kini mungkin tengah dagdigdugder menyusun skripsi.

Gini lho, dek, Abang yang kebetulan baru saja lulus kuliah dan hingga kini masih jadi pengangguran intelektual, sangat khawatir dengan kondisi dedek-dedek gemes kampus yang kebetulan sudah tingkat akhir, dan kebetulan lagi masih jomblo, terus lagi tengah kebingungan nyusun skripsi.

Entah apa yang mereka bingungkan. Mungkin lho ya, mungkin, bisa bingung karena masih jomblo atau karena sedih lihat temannya yang minggu depan nikah dan kebetulan lagi nikah sama gebetannya atau baru saja dapet undangan nikah dari temannya lantas bingung mau datang sama siapa, terus diperparah lagi skripsinya nggak kunjung kelar karena di PHP-in melulu sama dosen pembimbingnya. Sungguh komplit deritamu, dek!

Kalau sudah begini, efeknya pasti baper terus, galau lagi, mewek lagi, hingga susah untuk move-on. Sialnya nggak punya sandaran. Sungguh, Abang begitu prihatin dengan keadaan dedek-dedek gemes yang demikian. Makanya Abang selalu siap jadi sandaran jika sewaktu-waktu dedek-dedek butuhkan. Abang selalu siap ‘kok, dek.

Wokeh, kembali ke topik. Abang pula sedulur MahasiswaBicara sekalian, mungkin sempet ngerasain ‘kan, ya, gimana tersiksanya jadi mahasiswa tingkat akhir.

Bolak-balik kampus, dosen pembimbingnya kagak ada. Balik lagi besok, eh, dosennya bilang mau rapat. Begitu seterusnya. Sekalinya ada, revisinya di mana-mana. Kalau udah begitu, bawaannya baper lagi. Galau lagi. Kadang pengin nangis. Abang mengerti kok, dek. Abang juga pernah ngalamin sakitnya diphp-in. Bapernya dikhianatin. Bedanya, untuk skripsi, Abang justru diuntungin karena dosen pembimbingnya nyenengin. Itu saja mungkin pembedanya, dek.

Ya, sebab dosen pembimbing Abang selain baik dia juga cantik kayak kak Dian Sastro Wardoyo. Acapkali ada revisian, ya Abang senang banget. Bahagia malah. Kadang sengaja pula disalah-salahin. Lha kenapa? Bukannya pengin cepat lulus, to? Iya lah.

Tapi mbok, ya, dosen pembimbingnya cantik begitu, jadi ngapain sih pengin buru-buru kelar skripsi. Yang ada malah pengin diperpanjang. Agar terus bersamanya. #eaaaaa

Gini lho, dek, sebagai bukti kepedeulian Abang pada kalian, Abang punya sedikit tips untuk dedek-dedek gemes biar nggak galau lagi. Atau setidaknya sedikit lega karena skripsinya bisa kelar. Syukur-syukur kalau cintanya juga kelar. Maksudnya kelar dari kejombloannya. Kalau pun toh tetap jomblo aja, Abang siap kok nampung dedek-dedek gemes jadi yang ke 2, ke 3, hingga ke, 4, pula ke 5. Ke 5? bukannya kelebihan, Bang? Dalam agama kan maksimal 4? iya, Abang tahu kok, dek. Tapi dalam pacaran kan ndak begitu to, dek?

Perlu dedek-dedek ketahui, bahwa menyusun skripsi itu butuh keseriusan tidak hanya keseriusan dalam menjalin hubungan aja, ya. Skripsi juga mesti serius, dek. Mungkin pesan yang abang berikan ini berguna bagi dedek-dedek sekalian. Dan mudah-mudahan mah berguna. Begini kiranya:

Menulis skripsi nggak segampang menulis status

Maksudnya gini lho, dek. Abang sering banget lihat status-status baper dek gemes di sosial media. Dari mulai perkara cinta yang rumit, hingga skripsi yang bikin perut melilit. Ingatlah selalu dek, menulis skripsi itu butuh keseriusan pula ketelitian dalam menuliskannya. Salah satu huruf saja, bisa jadi bumerag buat keberlangsungan skripsi dedek.

Tahu sendiri kan dek, gimana jelinya dosen pembimbing. Kadang tatapannya lebih tajam dibanding harimau yang tengah kelaparan. Apa aja yang di sekitarnya, nggak pernah luput dari tatapannya. Begitu pula dosen pembimbing, dek. Karenanya, perhatikanlah penggunaan EYD yang baik dan benar. Masak iya lho, dek, nulis skripsi menggunakan bahasa gaul, terus penulisannya disingkat-singkat kayak lagi ngetwett. Ingatlah selalu, ya, dek. Menulis skripsi nggak segampang nulis status.

Skripsimu sesuaikan dengan kemampuanmu

Abang tahu, bahwa dedek-dedek gemes sekalian IQ-nya memang lah di atas rata-rata. Karena Abang tahu, mangkanya Abang nyaranin sama dedek-dedek gemes sekalian, bahwa hendaknya menulis skripsi itu sesuai kemampuan kalian masing-masing. Jangan kok ujug-ujug pengin nulis skripsi di luar batas kemampuan dedek atau pengin gaya-gayaan atau pengin terlihat keren karena pengin dapet nilai cumlaude segala.

Janganlah begitu, dek. Cumlaude-mu bukan karena seberapa keren judul skripsimu lho, dek. Tapi karena skripsi mu udah selesai, dan lagi udah siap untuk disidangin, dek. Jadi sesuaikanlah skripsimu, ya, dek. Demi Abang.

Nurut sama dosen pembimbing

Satu hal, dek. Untuk kali ini saja, ya, Abang minta dedek baik-baiklah sama dosen pembimbing. Seketat dan sekiller apa pun iya. Kalau pun dedek merasa kesal, cukuplah pendam dalam hati. Jangan diperlihatkan. Apalagi sampai ngebantah segala kemauannya. Turutin, ya, dek. Bahkan kalau perlu, buatlah dia jatuh hati untuk sementara waktu. Berikan perhatian lebih, agar skripsi dedek-dedek sekalian juga diperhatikan.

Dengan begitu, skripsi dedek segera kelar. Terserah, kalau mau marah, ya marah aja, jika skripsi dedek-dedek semua memang udah benar-benar kelar. Tapi, saran Abang, baik-baikalah ya sama dosen pembimbingmu. Sebab, biar bagaimana pun, untuk saat ini, dia adalah masa depanmu—selama kuliah. Kalau masa depanmu yang beneran kan sama Abang, dek.

Berdo’a

Sesombong-sombongnya manusia, dialah manusia yang nggak pernah berdo’a. Begitu kata pepatah. Dan itu benar lho, dek. Secantik dan sepintar apa pun dek gemes, termasuk pintar menyusun skripsi. Tetapi abai pada yang satu ini, sungguh lah bahaya. Apa pasal? Sebab, sepintar apa pun dek gemes, selama yang mengatur dek gemes berkehendak lain, misal lho ya, dek, misal. Skripsi dek gemes nggak bisa lolos dari dosen pembimbing. Maka, seketika itu pula nggak bakalan lolos, dek. Beneran lho, dek. Kun fayakun, kata gusti. Kalau sudah begitu, ya mau gimana lagi, dek.

Maka, berdo’alah selalu, ya, dek. Karena itu akan menolongmu, dek. Terlebih jika dedek udah ngelakuin tiga hal di atas, jika ditambah do’a tentu lebih maknyus. Apalagi kan ini bulan puasa, dek. Jadi sempetin berdoa, ya. Kendati semua ada di tangan-Nya, dek. Yang penting kan udah berusaha, to?

Begitu, ya, dek, pesan dari Abang. Abang tahu abang hanyalah butiran debu yang nggak tahu arah jalan pulang, dek. Iya, abang tahu. Tapi, pinta Abang, ingatlah selalu keempat pesan itu baik-baik, agar dedek nggak baper lagi, kecewa lagi, karena skripsi yang nggak berujung itu.

Atau paling tidak, biar segera di wisuda, kendati nggak lantas ke KUA. Abang siap kok nemenin dedek, kendati jadi tukang fotonya. Eh, iya, ding, esok kalau lebaran, Abang akan datang ke rumah dedek. Buat apa, Bang? Mau minta ketupat, dek.

Sumber: mahasiswabicara.com
Share on Google Plus

About By Musdalifah Tadda

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar